Putar ke kiri e… Nona manis putarlah ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e..” lantunan lagu Gemu Fa Mi Re asal Maumere Nusa Tenggara Timur tersebut menggema di Bumi Perkemahan Suaka Elang, Loji, Cigombong, Kabupaten Bogor. Lagu tersebut menghangatkan para peserta Youth Camp yang dihelat orang muda Katolik (OMK) Paroki BMV Katedral Bogor, Jumat (16/6) sampai Minggu (18/6).
Sekitar 100 OMK dan 15 pendamping terlibat dalam kamping rohani bertajuk “Together bring the joy and glory”. Dengan menggunakan lima Truk Brimob para peserta berangkat dari parkiran Gereja Katedral menujuk tempat kamping, Jumat (16/6) pagi. Sesampainya di tempat kamping, mereka harus berjalan sekitar 40 menit untuk sampai ke perkemahan. Udara yang segar, suara aliran sungai, serta kicauan burung menemani perjalanan mereka. Walaupun cukup jauh, dan medan yang dilewati cukup berat, para peserta tetap bersemangat. Setidaknya mereka beristirahat 3 kali untuk sampai ke perkemahan.
Barisan pohon pinus ditempat perkemahan menyambut kedatangan para peserta. Mereka berisirahat sejenak dan makan siang bersama. Kegiatan kamping orang muda ini diisi dengan beragam kegiatan seperti sarasehan, outbond, rosario, taize, misa kreasi dan lain sebagainya. Harapannya dengan berbagai kegiatan yang dijalani bersama alam ini para peserta dapat lebih bersahabat dan peduli terhadap alam ciptaan Tuhan yang semakin rusak. “Melalui kegiatan di alam terbuka ini, kita belajar untuk saling peduli satu sama lain, baik kepada sesama orang muda maupun terhadap alam yang diciptakan Tuhan untuk dirawat oleh manusia bukan dirusak,” ungkap RD. Marselinus Wishnu Wardhana Moderator OMK Paroki BMV Katedral Bogor.
Mengawali kamping ini peserta diajak untuk menyadari siapa dirinya? Dan apa perannya dalam hidup menggereja serta bermasyarakat. Udara mulai terasa dingin, matahari pun mulai tenggelam dibalik bukit-bukit yang ditumbuhi dengan pohon rindang yang tumbuh lebat. Kendati terang cahaya lampu berulang kali meredup namun tidak menggoyahkan antusiasme peserta untuk mencari jati dirinya. Pekatnya malam menemani Ibadat Penutup yang dibawakan oleh Fr. Dismas dari Seminari Tinggi Santo Petrus dan Paulus Keuskupan Bogor.
Peduli dan Mengerti
Hari kedua diawali dengan Ibadat Pagi yang dipimpin oleh Fr. Galih. Setelah bersyukur atas malam yang telah dilewati, para peserta bersiap untuk outbond. Udara dingin yang menusuk tulang tidak mengurangi kegembiraan dan sukacita yang dirasakan peserta. Berbagai permainan disajikan panitia untuk meningkatkan tenggang rasa orang muda Katolik itu. Secara umum seluruh permainan membutuhkan kerja sama untuk berhasil memenangkannya.
“Dalam hidup baik dalam keluarga, organisasi, gereja, dan masyarakat kita sering kali ingin dimengerti, tanpa peduli terhadap orang lain. Permainan ini ingin mengajarkan bahwa kita juga harus mau mengerti orang lain agar apa yang diinginkan dapat tercapai dengan baik,” ungkap Anthonius Evandi saat menjadi mentor dalam pos pipa bocor.
Matahari mulai meninggi, perut rasanya sudah ingin diisi. Para peserta makan siang bersama ala cucurak beralaskan daun pisang dengan lauk seadanya, tahu, tempe, dan ikan asin. Makan siang yang sederhana terasa nikmat diiringi embusan angin yang sepoi-sepoi.
Selepas makan siang, Vikaris Judisial Keuskupan Bogor RD. Yohanes Driyanto telah hadir untuk memberikan refleksi seputar orang muda Katolik. Ia pun menceritakan kisah semasa kecil dulu yang pernah menjalani hidup sebagai penjual kayu bakar di kampung dulu. Gaya bercerita yang khas dan kocak membuat para peserta tidak habis tertawa.
Senja mulai meninggalkan langit, malam, langit beberapa kali mengeluarkan kilat seakan memberi isyarat akan turun hujan. Panitia dan peserta pun bersiap, jas hujan dan payung menjadi perbekalan jika sewaktu-waktu turun hujan. Rangkaian kegiatan tetap berjalan, hari ditutup dengan doa Rosario dan ibadat Taize.
Rintik hujan yang sempat turun akhirnya berhenti, api unggun yang terhampar direrumputan memberikan kehangatan untuk para peserta. Cahayanya menyinari langit malam Bumi Perkemahan Loji. Ditingkahi bunyi musik yang disajikan panitia. Para peserta menari bersama menutup hari itu dengan kegembiraan dan sukacita.
(John)