Anda di sini
Beranda > Mutiara Biblika > Berdoalah Selalu

Berdoalah Selalu

Loading

Matius 7:7 “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

            Alunan doa Salam Maria itu terdengung dalam bawah sadar Paijo ketika sedang tidur menjelang wajar menyingsing. Suara samar-samar silih berganti anta doa Salam Maria dan ayam berkokok. Keduanya menghantar semakin pulasnya tidurnya. Rasa kantuk tidak kuasa lagi tertahankan manakala alunan doa itu terdengar sehingga tidur menjadi semakin pulas. Mata seakan lengket dan susah sekali dibuka. Doa dan ayam berkokok itu seperti membuai tidurnya. Ibarat seorang ibu meninabobokkan anak di dalam gendongannya, demikian doa Salam Maria itu telah merasuk dalam kalbu membuat Paijo tidak kuasa menahan kantuk. Senanda dengan tiga murid Yesus yang tidak kuasa menahan kantuk ketika Yesus berdoa seorang diri di taman Getsemani.

            Simbok selalu mendoakan Salam Maria di pagi hari seraya menanti fajar tiba. Nampaknya doa itu ingin ditanamkan dalam-dalam dalam hidup Paijo yang susah sekali berdoa. Pagi itu seperti biasa Simbok melantunkan doa Salam Maria, sepertinya waktu menujukkan pukul 3 pagi. Sebab suasana masih sunyi dan ayam pun baru sesekali berkokok. Itu hanya perkiraan saja, karena tidak ada jam dinding atau pun jam tangan di rumah. Jadi semua pakai perkiraan yang ditandai dengan kehidupan alam sekitar. Doa simbok di pagi itu sepertinya membuat Paijo tergugah dari tidurnya dan ingin ikut bergabung berdoa. Namun rasanya mata itu masih susah sekali terbuka, akhirnya terlelaplah dalam alunan doa simbok. Paijo pun tidur lagi, dasar Paijo,” demikian kiranya Simbok berkata dalam hatinya.

            “Jo, Paijo. Bangun hari sudah pagi,” Seru Simbok selesai doa seraya menarik selimutnya.

            “Hmmmm, masih ngantuk,” jawab Paijo malas-malasan.

            “Ahhhhhhh, ya sudah,” seru Simbok meninggalkan Paijo yang masih meneruskan tidurnya.

            Pagi mulai merekah, matahari mulai bersinar, dan aktivitas perkampungan sudah mulai ramai seperti biasanya. Namun Paijo masih tetap di atas tidur dengan enak. Dalam ketenangan tidur pagi itu, tidak disangka Paijo ngimpi. Paijo seperti di sebuah perkebunan dan ketemu seorang nenek yang sedang mencari ranting-ranting kering unutk kayu bakar.

            “Nak, Kisanak sedang apa di situ,” tanya seorang nenek tua yang sedang memungut ranting kering di perkebunan itu.

            “Ohhhh, tidak apa-apa, nek. Saya ingin cari ketenangan hidup,” jawab Paijo sedapatnya.

            “Memang hidupnya tidak tenang?” tanya nenek itu.

            “Ya, sebetulnya dikatakana tenang ya, tenang. Dikaakan tidak tenang ya tidak tenang,” jawab Paijo dengan loyo.

            “Ya, sudah mari kita duduk sebentar di bawah pohon itu,” ajak nenek itu.

            Kami berdua menuju di bawah Pohon itu. Dan nenek itu mulai mengeluarkan bekal berupa makanan yang dibungkus dengan daun pisang.

            “Ayoooo, sambil makan ini,” ajak nenek itu dengan sangat lembut.

            “Terima kasih nek,” sahut Paijo dengan mengambil seporong makanan dari nenek itu.

            “Maaf nekkkk. Nenek itu siapa, saya baru pertama ketemu?” tanya Paijo.

            “Ohhhhhh, panggil saja, Nenek Inem,” jawab nenek Singkat

            “Saya Paijo nek. Rumah saya di kampung seberang,” kata Paijo memperkenalkan diri.

            “Baiklah,  nak Paijo. Ayo sambil makan lagi, biar perut tidak kosong,” seru nenek.

            “Nak Paijo, kenapa fajahmu seperti menanggung beban sangat berat?” tanya Nenek Inem.

            “Ahhhh, gak tahu nek. Saya itu sepertinya tidak bisa berkembang hidup di kampung. Padahal saya sudah berdoa dan berdoa, tetapi doa saya belum juga dikabulkan,” keluh Paijo.

            “Hmmmmm,” guman Nenek Inem sambil tersenyum.

            “Nak Paijo. Berdoa itu semata-mata bukan hanya meminta,” kata nenek singkat.

            “Tapi, injil Mateus mangatakan mintalah maka akan diberi,” sela Paijo mengutip Injil.

            “Betul, betul, Namun nak Paijo perlu sadar apakah permintaan nak Paijo sudah sesuai dengan kehendak Tuhan,” seru Nenek Inem

            “Bagaimana kita tahu bahwa doa itu sesuai kehendak Tuhan,” sahut Paijo.

            “Tuhan akan memberikan sesuai dengan janjinya pada saat yang tepat,” kata nenek Inem.

            “Jika begitu, kita tidak perlu berdoa lagi donk, kan Tuhan sudah pasti akan memberikan sesuai dengan waktunya,” sahut Paijo semakin penasaran.

            “Nah sekarang nenek tanya. Ketika nak Paijo tidak sedang minta sesuatu kepada orang tua. Apakah Nak Paijo juga komunikasi dengan orang tua?” tanya nenek Inem.

            “Ya, pasti, kami selalu komunikasi dengan orang tua, terutama Simbok setiap hari,” jawab Paijo.

            “Begitu juga berdoa itu ibarat kita berkomunkasi dengan orang tua, jadi tidak harus menunggu kita meminta baru berdoa. Nak Paijo harus sadar, bahwa berdoa itu semata-mata bukan hanya meminta, tetapi pertama-tama bersyukur atas karunia Tuhan terutama hidup yang telah kita terima. Manusia sering kali memaksa Tuhan memenuhi kehandak kita dan seturut waktu kita. Padahal Kitab Mazmur memberikan gambaran bahwa waktu kita dengan Tuhan berbeda. “Mazmur 90:4 Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam,” Seru nenek Inem

            “Wahhhh, nenek hebat juga tahu tetang Kitab Suci,” seru Paijo

            “Lalu teks ‘mintalah maka akan diberi’ itu fungsinya apa kalua begitu,” tanya Paijo lagi.

            “Nak Paijo. Sering kali kita menemukan orang yang putus asa karena doanya tidak terkabulkan sesuai dengan kehendak kita, akhirnya banyak yang mutung dan tidak berdoa. Sekarang kita bisa tanya diri sendiri, apakah kita juga tidak akan makan ketika makanan itu tidak sesuai dengan kehendak kita. Mungkin sekali-kali kita bisa menolak, jika tidak ada makanan sama sekali, terus kita lapar. Apa kita mesti nunggu makanan yang sesuai dengan selera kita?” tanya nek Inem

            “Ya, tetap makan nek,” jawab Paijo singkat.

            “Demikian doa nak Paijo. Sekalipun belum terkabulkan tetaplah ketuk pintu Tuhan. Saatnya Tuhan akan memberikan. Ibarat seorang anak kecil minta kendaraan bermotor, sekalipun merenngek-rengek, orang tua tidak akan memberikan karena itu akan membayakan hidupnya. Orang Tuhan akan memberikan setelah mereka dewasa. Ini butuh waktu yang cukup lama. Demikan juga Tuhan akan memberikan pada saat yang tepat diluar perkiraan kita sebagai manusia. Jadi janganlah memaksa Tuhan sesuai dengan kehendak dan waktu kita. Pertolongan Tuhan akan datang tepat pada waktunya,” kata nenek Inem sambil mengusap peluh Paijo yang seakan terperana dan meneteskan air mata.

            “Iya, nek, terima kasih atas nasehat nenek, berarti Simbok sebetulnya telah mengajarkan saya untuk selalu setia berdoa, tetapi saya sering menolak,” sahut Paijo seraya memeluk nenek sebagai ucapan terima kasih.

            Ketika Paijo memeluk nenek, betapa terkejutnya ternyata yang dipeluk Simbok yang dari tadi melihat Paijo tidur meneteskan air mata, Simbok pulalah yang mengusap air mukanya.

            “Joooo, Paijo. Kenapa menangis. Dah sana bangun, jangan lupa ada tamu sudah nunggu kamu dari tadi. Mandi duluuu,” seru Simbok.

            Paijo pun keluar sebentar melihat tamu yang datang, ternyata Menik dan Yanti.

            “Waduh cilaka, belum mandi,” Seru Paijo seraya lari ke kamar mandi. Tetesan air mata Paijo pun berubah tetesan kegembiraan karena dinanti teman kecilnya. Biasanya makan enak pun akan tersedia.

            “Jooooo, Paijo. Jangan molor wae makanya berdoa dan berdoa, Nih sudah siap makanan kesukaanmu dari Menik dan Yanti” seru simbok sambil meledeknya.

            “Emmmmmbekkkkk, embekkkk,” kambing pun ikut andil suara membuly Paijo.

(RD Nikasius Djatmiko)

Leave a Reply

Top