Wawancara Imajiner dengan E. Goeritno
Nama Engelbertus Goeritno atau yang biasa disapa dengan Pak Goer tak asing bagi para pengurus Berita Umat, terutama pengurus Berita Umat terdahulu. Sejak tahun 1967 Goeritno ikut membantu mendirikan Majalah Berita Umat. Di tahun 1980-an, ia sempat vakum mengurusi media Paroki Katedral tersebut lantaran pekerjaannya yang harus pindah ke Sukabumi. Namun demikian, darah pelayanannya untuk menulis masih kental terasa. Terbukti, sepulang dari Sukabumi dan di masa-masa pensiun sekitar tahun 1998, Pak Goer kembali bergabung dengan Berita Umat.
Hingga akhir tahun 2006 ia masih mengurusi Berita Umat bersama dengan kaum muda dan orangtua. Meski tubuhnya tidak segagah dulu lagi, namun semangatnya masih membara. Menjelang akhir hayatnya pada tahun 2016, ia masih bekerja pulang pergi Bogor-Jakarta. Semangatnya yang menyala-nyala itu ditularkanya pada pengurus redaksi Berita Umat. Herjanjam salah satu pengurus Berita Umat yang kini menjadi Pemimpin Redaksi berkesempatan mengenal sosoknya sejak tahun 1996. Kepada Herjanjam, Pak Goer banyak bercerita, khususnya terkait majalah Berita Umat. Berikut petikan wawancara imajiner Herjanjam dengan Alm. E. Goeritno:
T: Pak, bisa diceritakan bagaimana Berita Umat tempo dulu?
J: Berita Umat tempo dulu masih distensil. Dibuat sangat sederhana dan apa adanya. Hanya dikerjakan oleh beberapa orang termasuk Pastor Paroki dan seorang Bruder. Itu karena jumlah umatnya masih sedikit.
T: Apa yang melatarbelakangi mereka untuk merintis Berita Umat?
J: Ya saat itu paroki perlu menjalin komunikasi dengan umat. Kan tidak semua umat bisa bertemu langsung, karenanya kami membuat majalah Berita Umat. Isinya tentang tulisan romo yang berkaitan dengan renungan, jadwal misa, baptis bayi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan liturgi.
T: Bagaimana bapak memandang Berita Umat tempo dulu dan saat ini?
J: Tentu banyak perbedaan terlebih sekarang jauh lebih maju. Banyak yang mengurusinya adalah anak muda. Isinya juga lebih variasi, lebih maju. Tapi ya memang harus begitu kalau ingin mengikuti perkembangan zaman. Nah, kalau dulu yang mengerjakan cuma beberapa orang. Beritanya tidak bervariasi seperti saat ini.
T: Bagaimana bapak memandang Berita Umat saat ini?
J: Saya senang, Berita Umat sangat maju. Itu karena pengelolanya tahu bagaimana caranya untuk mengelola sebuah majalah. Saya berharap media paroki ini terus berkembang.
T: Menurut bapak apa kekurangan Berita Umat?
J: Kalau diamati dari tahun ke tahun makin berkembang. Kekuranganya ya pasti ada. Misalnya perlu juga berita-berita yang ringan. Jadi untuk menyeimbangkan dengan berita-berita yang agak serius.
T: terakhir, apa pesan bapak terhadap pengelola Berita Umat?
J: Sebelumnya saya haturkan proficiat atas ulang tahun emas Berita Umat. Berita Umat bisa sampai usia 50 itu pasti berkat komitmen, perjuangan dan dedikasi yang tinggi dari para pengurus yang terdahulu hingga saat ini. Saran saya, meskipun suatu ketika Berita Umat sudah dikenal dan bisa saja go public, tapi janganlah terbawa arus. Tetaplah menempatkan diri sebagai media rohani, media gereja di mana rohnya adalah berbakti, mengabdi, dan melayani.
(Redaksi)