Anda di sini
Beranda > Nusantara > Pesparani Katolik I Resmi Dibuka

Pesparani Katolik I Resmi Dibuka

Loading

[AMBON] Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik yang digelar di kota Ambon mulai hari ini 27 Oktober hingga 2 November 2018 resmi dibuka. Kegiatan nasional ini merupakan yang pertama kalinya digelar oleh Gereja Katolik Indonesia. Diperkirakan, kegiatan ini akan diikuti sekitar 8.000 peserta dan undangan dari 34 provinsi.

Pembukaan Pesparani dimulai pk. 15.00 WIT dengan misa kudus yang dipimpin langsung oleh Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Ignatius Suharyo dengan konselebran para uskup dan pastor di Lapangan merdeka Kota Ambon.

“Saya berharap Pesparani ini dapat seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus. Mencapai kesatuan iman, bertumbuh menuju kedewasaan yang penuh agar kita semua terus saling mendorong untuk menjadi pegiat dalam membangun persaudaraan sejati,” ungkapnya saat homili.

Pesparani Menjadi Altar Perdamaian

Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC mengatakan sebagai tuan rumah berbangga dan senang Pesparani Katolik dibuat pertama kali dapat dilaksanakan di Kota Ambon. Ia berterima kasih kepada pemerintah pusat dan mengatakan pesparani merupakan altar perdamaian.

“Pesparani adalah altar perdamaian, semua agama di Ambon menerima dan mendukung kegiatan ini. Jangan jadikan agama sumber permusuhan. Saya dengar yang menjemput di bandara ada yang berjilbab dan saya bangga karena itu,” kata Monsinyur Mandagi.

Piala Presiden Pesparani Katolik I. Foto: Istimewa

Piala Berunsur Keberagaman

Dua buah Piala yang akan diperebutkan di Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik pun telah tiba di Ambon. Kehadiran piala ini disambut dengan sukacita oleh panitia lokal. “Saya terharu melihat dua piala yang begitu indah. Saya bangga karena piala ini dibuat oleh seorang anak daerah dari Maluku, ungkap Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC.

Hadirnya dua piala ini tak lepas dari perjuangan sang pemahat George William Tomarason-seorang pemahat asal Desa Hative, Ambon yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat.

Geroge sendiri mengatakan menyelesaikan patung ini dalam 12 hari. Ia tak menyangka mendapatkan momen langka membuat dua patung dari gold dan silver ini. Ia mengatakan ketika ditawarkan untuk membuat patung, ia hanya menepuk jidat karena diberi waktu yang sangat singkat. “Tetapi ada panggilan untuk membuat karena yakin semua berkat Roh Kudus,” papar George.

Piala Juara Umum Pesparani I. Foto: Istimewa.

Soal model piala ada beberapa unsur dalam piala ini. Pertama, ada lambang burung Garuda. Bila ditengok Garuda di patung tidak seperti Garuda kontemporer tetapi milenial untuk menjawab kebutuhan anak muda. Kedua ada patung Yesus tergantung di salib untuk menggambarkan iman kita sebagai orang Kristen.

Ketiga ada patung malaikat. Bukan malaikat yang meniup sangkakala tetapi bermain harpa, untuk mejelaskan Pesta Paduan Suara. Keempat ada unsur budaya lokal Amboina yaitu sayap Garuda ada bolong sebagai gambaran Maluku sebagai Provinsi Kepulauan Maluku ada siput sebagai khasanah khas Maluku.

“Pesan utama yang mau disampaikan adalah dua piala ini kiranya menggambarkan Maluku sebagai laboratorium keberagaman. Karena itu unsur-unsur lokal, keindonesiaan dan keagamaan,” ujar George.

Sementara itu merefleksikan piala yang akan diperebutkan itu, Mgr Mandagi mengatakan dalam piala ini ada salib sebagai lambang pengorbanan. Pesparani ini melambangkan pengorbanan yaitu orang-orang yang berkorban demi suksesnya Pesparani.

(Melvin/John/*berbagai sumber)

Leave a Reply

Top