Peringatan Hari Pangan Sedunia
[KATEDRAL] Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki BMV Katedral Bogor mengadakan acara untuk memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-37, Sabtu (14/10). Acara peringatan HPS ini terdiri dari beberapa rangkaian meliputi kegiatan seperti talkshow, lomba pangan sehat serta demo mengolah panganan.
Sambutan dari RD. Dominikus Savio Tukiyo selaku Pastor Paroki BMV Katedral Bogor mengawali rangkaian kegiatan yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB, dilanjutkan dengan kata pembuka dari Joko Pitoyo selaku ketua PSE, serta ketua pelaksana acara Katarina Catri Erliana.
Dia mengatakan, acara ini diadakan untuk membuka cakrawala seluruh umat terutama kaum muda tentang keragaman panganan lokal yaitu sumber karbohidrat selain beras putih, menghargai pangan lokal sebagai sumber gizi yang bermanfaat bagi kesehatan dan menghidupkan pangan lokal untuk mencukupkan gizi keluarga.
Tidak jauh berbeda, Joko Pitoyo mengungkapkan bahwa acara ini diadakan agar umat berpartisipasi dalam kegiatan Hari Pangan Sedunia di Keuskupan Bogor serta mengajak seluruh umat khususnya di Paroki BMV Katedral untuk menyadari betapa pentingnya panganan bergizi. “Produk-produk organik disebarluaskan kepada umat agar umat terbiasa mengonsumsi makanan yang tidak mengandung bahan-bahan kimia,” ujarnya.
Acara talkshow pun diadakan agar pengetahuan mengenai panganan bergizi ini dapat terserap dengan baik melalui penyampaian yang apik dan menarik dari narasumber yang kompeten.
Talkshow yang bertemakan ” Mau Sehat atau Sakit?” ini, dibawakan oleh dua pembicara yaitu Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiranti, MSc dan Dr. Ir. Susy YR. Sanie, MSi. Dalam pemaparannya Dr. Meti menjelaskan betapa pentingnya menerapkan pola hidup sehat dengan menjalankan Pedoman Gizi Seimbang.
Pedoman gizi seimbang sendiri merupakan sebuah pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat berdasarkan prinsip 4 pilar gizi seimbang yaitu keanekaragaman pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Dr. Susy pun menegaskan bahwa perlu adanya kesadaran untuk menjadi konsumen yang nasionalis. Maksudnya adalah konsumen yang nasionalis tidak hanya mementingkan selera diri sendiri tetapi juga berpikir mengenai kesejahteraan perekonomian para petani lokal yang menawarkan panganan-panganan bergizi yang berasal dari hasil bumi dari daerah mereka dan ini dapat kita wujudkan dengan membeli pangan yang berasal dari hasil pertanian lokal.
Acara pun dilanjutkan dengan demo mengolah panganan singkong bumbu dan puding ubi enkapsulasi yang dibawakan oleh Tim dari Teknologi Pangan UNIKA Atma Jaya Jakarta. Selanjutnya acara yang paling ditunggu-tunggu tiba, yaitu pengumuman lomba pangan sehat. Lomba yang diikuti oleh 9 wilayah yakni Gabriel Malaikat Agung (Botim 1), St. Bernadeth (Bangbarung), St. Hieronimus (Taman Yasmin Cimanggu), St. Yoseph (Ciomas 2), St. Fransiskus Asisi (Ciomas 1), St. Yohanes Pembaptis (Bojong Gede), Hati Kudus (Bogor Utara), St. Yoseph (Bogor Tengah) dan Wilayah Pondok Rumput ini menyajikan beragam panganan yang bertemakan Menu Makan Siang Dengan Keseimbangan Nutrisi.
Para juri yang menilai adalah M. Margaretha S, Dra, ME (Dosen UNIKA Atma Jaya Jakarta), Dr. Yashinta Soelasih (Dosen Unika Atma Jaya Jakarta) dan Eki Ekawati, SP ( Pakar gizi masyarakat dan sumber daya keluarga Dinas Kesehatan Bogor). Mereka memberikan poin-poin penilaian sesuai syarat dan ketentuan standar yang ditentukan oleh HPS Keuskupan Bogor.
Suasana di ruang Aula Paroki Katedral semakin meriah ketika juri mengumumkan wilayah St. Bernadeth berhasil menjadi juara pertama dengan poin 1890, diikuti oleh wilayah Gabriel Malaikat Agung dengan perolehan poin 1810 dan posisi ketiga diraih oleh wilayah Hati Kudus dengan poin 1740. Nantinya, pemenang lomba ini akan diikutsertakan dalam lomba pangan sehat se-Keuskupan Bogor .
Ditemui disela-sela acara, Romo Paroki mengungkapkan apresiasinya terhadap acara ini. Ia juga mengatakan bahwa gereja cukup memberikan perhatian dengan mengambil bagian untuk menghargai alam ciptaan supaya tetap lestari dan tidak merusak bumi dengan hal-hal yang tidak baik untuk kita konsumsi. “Kita perlu meningkatkan kesadaran untuk memahami pola makan dan pola hidup yang merupakan hal penting khususnya di Paroki BMV Katedral. Ya, Walaupun belum ditanggapi dengan antusias oleh umat karena kurangnya sosialisasi baik secara keseluruhan baik di tingkat paroki maupun keuskupan,” kata Romo Tukiyo.
(Maria Nathanael/Jam)