Seorang pengantar surat terkejut karena mendapatkan surat dengan isinya kabar sukacita bahwa anak semata wayang nya mendapat kesempatan untuk masuk ke Perguruan Tinggi yang diidamkan. Lebih terkejut lagi yang menulis surat adalah istrinya sendiri. Apa gerangan?
Pengantar Surat Terkejut
Bermula dari Bapak pengantar surat yang sudah hampir 20 tahun mengabdi kepada tugas sebagai pengantar surat di daerah Bintaro, Tangerang Selatan. Dia berusaha tidak mengeluh dan terus bekerja sesuai tugas yang diemban, dengan jarak tempuh pengiriman surat dan barang paket yang lumayan jauh (walaupun sekarang jaman digital tetapi tetap jasa surat menjadi salah satu pilihan jasa pengiriman yang efektif dan produktif). Sudah sekian lama Bapak ini tidak pernah mendapatkan surat sesekalipun , namun pada suatu pagi dia mendapatkan sepucuk surat di bawah pintu rumahnya, sambil terkejut diambil dan dibawa kepada ke istri dan anaknya yang sedang makan pagi. Ternyata sang istri lah yang membuat surat yang ditujukan kepada suaminya. Isi dari surat itu adalah ucapan selamat ulang tahun pada hari itu, dan mengucapkan syukur karena suaminya sudah berhasil menghantarkan anaknya masuk Perguruan Tinggi Negeri . Bahwa sang istri ingin memberikan apresiasi sebagai tanda bukti bahwa suami telah berhasil memberi keteladanan tanggung jawab yang luarbiasa sebagai kepala keluarga.
Karisma Kodrati
Bila kita telaah dari kacamata iman, bahwa Bapak pengantar surat di atas menyandang karisma kesabaran, ketekunan, kerendahan hati dan karisma melayani yang luar biasa, baik kepada kepada keluarga maupun para pelanggan surat. Karisma yang dimiliki oleh Bapak pengantar surat adalah karisma kodrati seperti ditulis oleh Budi Sutedjo D.O. (2015), yang meliputi karisma melayani, mengajar, menasehati, membagi-bagikan sesuatu, memberi pimpinan dan kemurahan (Roma 12: 7-8). Makin jelas pula Bapak pengantar surat itu memiliki karisma yang peka dan cenderung membuat orang disekitarnya menjadi rasa nyaman. Hal ini sesuai ditemukan pada buku yang ditulis Budi, yang meringkas dari berbagai sumber, bahwa karisma adalah ditengarai sebagai keinginan dan kecenderungan batiniah atau juga sebagai dorongan kesanggupan (Flp 2:13), yang berasal dari Roh Kudus untuk membangun umat Allah.
SDM dalam Roadmap
Dalam ‘buku biru’ Panduan Implementasi “roadmap” Prioritas Kebijakan Pastoral , Keuskupan Bogor (2016-2020), bahwa salah satu yang mendapat hal perhatian adalah Prioritas Kebijakan Pastoral Sumber Daya Manusia (SDM), yakni meningkatkan kualitas dalam hal kualitas kompetensi yang terdiri atas: 1) Pengetahuan 2) Keterampilan 3) Perilaku. Yang dimaksud SDM adalah yaitu umat beriman yang telah dibaptis yang hidup di Keuskupan Bogor. Dan sebagai orang awam mendapat tugas untuk mengembangkan pengetahuan, penghayatan dan perwujudan keteladan dalam keluarga maupun dimana ia berkarya. Dalam hal ini seperti Bapak pengantar surat memberikan keteladanan pada keluarga nya dan masyarakat.
Bagaimana dengan kita semua untuk ambil bagian menjadi SDM berkualitas seperti di atas? Kita bisa berangkat dari apa yang kita punyai dan syukuri sekarang dan menjadikan berkat dan kenyamanan bagi orang lain. Mengembangkan karisma melayani sebagaimana ilustrasi Bapak pengantar surat di atas, memberikan potensi untuk meningkatkan SDM berkualitas. Seperti Pada masa PraPaskah kita diharapkan matiraga, pantang, berpuasa, bela rasa, berdoa, membaca Kitab Suci. Untuk lebih mendengar suara Allah sehingga kita dimampukan menjadi SDM berkualitas, yakni membaca Kitab Suci bersama anggota keluarga dan atau umat di Lingkungan membaca Kitab Suci secara berkala, mengikuti Kursus Kitab Suci seri pendek (3 bulan) dan atau Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS) dengan masa belajar selama 2 tahun. Hal ini akan memberikan dampak pola berfikir, berkata dan bertindak sebagai SDM berkualitas
Peran Allah
Segala upaya kita meningkatkan kualitas kompetensi SDM, tetap mengutamakan peran Allah setiap saat. Bahwasanya “RancanganKU adalah bukan rancanganmu” senantiasa perlu kita pahami. Kita percaya bahwa Allah tidak akan mengenyampingkan segala usaha yang kita lakukan, maka kita pada saat berupaya, belajar, berkarya pada panggilan kita masing-masing, tetap berpasrah pada kehendakNYA.
Dalam Renungan APP (Aksi Pembangunan Paskah) 2016, khususnya pada bagian pertemuan ke-4, disebutkan bahwa peran Allah sangat menjadi hal sentral dan harus menjadi rhema pada tantangan yang kita hadapi setiap saat. Bersama Allah kita dimampukan untuk menyelesaikan tantangan dalam keluarga sehingga kita pantas mempunyai keluarga yang pantang menyerah. Marilah kita siapkan keluarga menyambut peristiwa agung yang tersirat dalam sengsara dan wafat Yesus. Selamat Paskah, Tuhan memberkati keluarga kita semua. Amin
(Michael Indra W)