![]()
[KATEDRAL] Kamis Putih membuka lembaran Tri Hari Suci Paskah, momen penuh iman dalam sejarah keselamatan manusia. Kristus yang mencintai manusia tanpa batas menyerahkan diri-Nya. Perjamuan malam terakhir bersama para murid diwariskan kepada kita dalam wujud Ekaristi yang kita kenang dan rayakan sampai hari ini.
Nyata, antusias umat tidak terbendung dalam perayaan ini. Ribuan umat dengan pakaian bernuansa putih memadati area dalam Katedral Bogor sejak pukul 15.30 WIB, padahal misa baru dimulai pukul 17.00 WIB. Perayaan Ekaristi pertama dipersembahkan oleh RD Yohanes Suparta dengan konselebran RP Sebastianus Paulus CSE dan RD Andreas Arie Susanto.
Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor, Romo Parto dalam homilinya menerangkan, peristiwa pembasuhan merupakan ungkapan cinta kasih Tuhan. “Ia yang berbelas kasih menghendaki keselamatan manusia, ciptaan-Nya. Yesus yang membungkuk dan membasuh kaki para murid memperlihatkan sikap Tuhan yang penuh kasih. Sungguh, Ia begitu mencintai kita,” ungkapnya.

Penting dan Berharga
Pembasuhan kaki merupakan tradisi yang lazim dilakukan bangsa Yahudi di zaman Yesus. Biasanya, tuan rumah akan membasuh kaki tamu yang sangat dihormati. Melalui peristiwa pembasuhan, Yesus mengangkat derajat manusia. “Kristus sebagai tuan perjamuan membasuh para murid-Nya. Ia melihat manusia sebagai pribadi yang penting dan berharga,” tuturnya.
Ekaristi merupakan wujud kasih Allah yang tidak berkesudahan. Kasih-Nya tidak lekang oleh waktu. “Pemberian diri Yesus menggambarkan pemberian asal-usul-Nya. Yesus menyadari, Ia berasal dari Bapa dan kembali kepada-Nya. Manusia sebagai ciptaan Allah memiliki hakikat keilahian tinggal di Firdaus, namun hilang karena dosa. Melalui penyerahan diri Kristus, hakikat ini dikembalikan,” imbuhnya.
Tentang Kepercayaan
Pembasuhan kaki menyiratkan arti kepercayaan. Yesus memercayakan hal yang telah dilakukan-Nya menjadi teladan bagi pada murid. “Seperti Yesus melihat para murid sebagai teman seperjalanan, maka Ia pun mengajak kita percaya kepada sesama sebagai teman seperjalanan. Melalui Kristus, kita melihat Allah adalah kasih. Di mana ada kasih, hadirlah Tuhan,” jelasnya.
Menutup homilinya, Romo Moderator Pukat Keuskupan Bogor itu mengajak umat mengoreksi batin dengan beberapa pertanyaan reflektif. “Kalau Tuhan memercayai kita supaya bisa mengasihi, sudahkah kita menghargai dan melayani sesama sungguh-sungguh? Semoga melalui perayaan ini, kita mensyukuri anugerah hidup sebagai ciptaan yang berharga. Setiap orang layak diselamatkan dan dikasihi,” pungkasnya.
Penggenapan Cinta Sejati
Yesus membasuh kaki para murid-Nya walaupun Ia mengetahui bahwa Ia akan menderita. Pada perayaan Ekaristi Kamis Putih kedua pukul 20.00 WIB RD Alfonsus Sombolinggi mengatakan “Dalam kekeringan itu kita tetap harus saling membasuh kaki dan itulah yang akan menjadi permenungan pada Kamis Putih ini.”
Pada awal khotbahnya Romo Sombo berkata, “Dari bacaan pertama hingga injil sebenarnya kita sedang melihat cinta sejati terjadi di dunia ini.” Ia bercerita tentang puisi kisah Yesus pada malam perjamuan terakhir berjudul “Cinta Sejati di Ruang Atas.”
“Justru disaat motivasi awal cinta itu mulai pudar, barulah cinta sejati itu muncul. Cinta sejati merupakan cinta yang bebas, tanpa pamrih, penuh pengorbanan, yang nyata dan cinta secara emosional pun terjadi,” jelasnya.
Menurut Romo Sombo, Cinta Sejati itu nampak sekali dalam diri Yesus karena Ia sungguh-sungguh menunjukkan cinta sejatinya kepada murid-murid-Nya sampai akhir.
“Mari kita menjadi Kristus itu sendiri dalam kehidupan kita. Bukan hanya pada situasi menyenangkan untuk melakukan pembasuhan itu sendiri tapi dalam suasana kering sekalipun,” pesan Romo Sombo.
Sakramen Mahakudus ditahtakan, dilanjutkan dengan Ibadat Tuguran. Umat diajak berjaga bersama Yesus yang berdoa di Taman Getsemani. Hal unik tampak di sekitar altar. Kursi imam dan uskup ditunggang balikan. Tidak hanya itu, ketiadaan dekorasi apa pun pada altar menyiratkan duka dan derita. Kristus, Sang Anak Domba akan dikurbankan.
Penulis: Ignatio Alfonsus, Ignatius Falentino | Editor: Aloisius Johnsis