
[KATEDRAL] Bapa Paus Fransiskus adalah seorang murid Kristus yang sejati. Ia meninggal setelah kemeriahan Paskah berlalu, tidak mau memindahkan sorotan dari guru-Nya. Demikian yang diucapkan RD Yohanes Suparta dalam misa untuk mendoakan kepulangan Bapa Suci di Gereja Katedral BMV, Selasa (22/4) malam.
Dua hari setelah Minggu Paskah tersebut, yakni sehari setelah wafatnya Paus Fransiskus, gereja kembali dipenuhi oleh umat. Misa dipimpin oleh Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM, didampingi oleh konselebran RD Yohanes Suparta, RD Yohanes Driyanto, RD Andreas Arie Susanto, RD Antonius Dwi Haryanto, RD Habel Jadera, RD Christophorus Lamen Sani, RD Simbul Gaib Pratolo, dan Diakon Vinsensius Peter Ardi. Pada misa itu, para umat, imam, serta uskup bersama-sama mengenang kesederhanaan, keberanian, dan universalitas cinta dari seorang Paus Fransiskus.
Bacaan tentang Petrus dan Maria Magdalena pasca-kebangkitan Yesus sendiri menjadi sangat relevan hari itu. Bahwasanya, Paus Fransiskus mengimani Yesus dengan sungguh-sungguh layaknya Petrus. ”Imannya kokoh seperti Petrus. Ia, boleh dikatakan, berjuang agar Yesus hidup pada masa kini,” ucap Monsinyur Paskalis dalam homilinya.

Gereja yang Relevan
Salah satu hal yang diakui oleh Monsinyur Paskalis, juga rasanya oleh banyak umat Katolik lainnya, adalah upaya Bapa Suci untuk membuat Gereja tetap relevan. “Ia mencintai Gereja, menjaga Tradisi Gereja Katolik, tetapi beliau juga menjaga Gereja agar tetap memiliki makna dalam dunia masa kini,” jelasnya.
Paus Fransiskus menyadari betul, dunia tidak stagnan dan sama seperti Gereja ribuan tahun lalu. Bahwa dunia modern kini memiliki isu dan problematika uniknya tersendiri. ”Ia mencari jalan yang kreatif, jalan-jalan baru, agar Gereja Katolik tidak menjadi museum,” ujar Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia tersebut.
Sebagai wakil Kristus di dunia, Bapa Suci selalu bertekad untuk membawa Gereja dalam jalan kasih dan kelembutan. Monsinyur Paskalis sendiri yakin, tekad kuatnya itu bersumber dari kasih yang Bapa Suci terima dari Yesus Kristus, teladannya. ”(Karena telah menerima kasih, red) tidak ada hal lain yang dilakukannya selain menebar kasih kepada kita, dengan segenap hatinya,” tuturnya.
Berdevosi pada Maria
Selama hidupnya, Paus Fransiskus dikenal sangat menghormati Bunda Maria. ”Setiap kali beliau membuat kunjungan pastoralnya, ia pasti singgah dahulu ke Basilika Santa Maria Maggiore dan memohon perlindungan Bunda Maria,” tuturnya.
Ia tidak hanya melihat Maria sebagai Bunda Kristus. Lebih dari itu, ia selalu menganggap Maria sebagai sosok pemimpin iman yang kuat dan berani. Devosinya yang begitu kuat pada Bunda Maria ini tentu perlu menjadi jalan penting yang diikuti umat Kristiani hari ini. Bahkan hingga peristirahatan terakhirnya, berbeda dari paus-paus terdahulu, ia ingin dimakamkan di Basilika yang sering dikunjunginya itu.
Dalam masa pontifikatnya, Paus Fransiskus telah meninggalkan banyak jejak yang amat baik. Bahkan bagi banyak pihak, ia dianggap sebagai Paus yang memberi angin segar bagi Gereja Katolik. Ia selalu berupaya menjadikan Gereja bukan sebagai institusi yang usang, melainkan hidup.
Dipeluknya erat nilai-nilai injili, moralitas, dan dunia dengan segala kondisinya. Ia adalah gembala yang tidak memalingkan diri, apalagi berpura-pura tidak melihat penderitaan dunia. Kasihnya tidak hanya mengalir bagi umat Katolik, tetapi bergerak dalam persaudaraan antarmanusia. Mari menjaga agar nilai yang ditinggalkannya, nilai yang tentunya berdasar dari Kristus, tidak terhapus oleh zaman.
Selamat kembali ke rumah Bapa, Paus Fransiskus.
Penulis: Celine Anastasya | Editor: Aloisius Johnsis