Anda di sini
Beranda > Nusantara > Tragedi Semanggi I dan Kebenaran yang Bersinar

Tragedi Semanggi I dan Kebenaran yang Bersinar

Loading

Dalam cerita, kita mungkin dapat melihat tragedi sebagai sesuatu yang—dalam caranya—spesial dan nyaris “indah”. Dalam tragedi, manusia mendapat kesempatan mengeksplorasi pengalaman hidup, emosi, hingga moralitas. Dan tentu, di atas semua itu, ada pesan yang ingin disampaikan sang penulis cerita.

Namun ketika tragedi menjadi sesuatu yang senyata detak nadi, ada sebuah tamparan yang telak. Pesan moralnya terasa beribu kali lebih keras, menuntut untuk diperhatikan. Karena kali ini, tragedi dan penderitaan itu bukan sekadar cerita—yang harapannya tidak terulang lagi di masa depan.

Kemarin, 13 November 2025, menandai peringatan 27 tahun Tragedi Semanggi I. Terjadi penembakan oleh aparat keamanan terhadap warga sipil pada kejadian itu, tepatnya pada warga yang menolak Sidang Istimewa MPR yang dianggap masih mewarisi rezim Orde Baru. Sebanyak 17 korban tewas dan ratusan orang mengalami luka-luka (angka yang tercatat).

Kejadian ini menambah daftar panjang kekerasan terhadap warga sipil pada 1998 dan keadilannya, sayangnya, masih diperjuangkan hingga hari ini.

Salah satu korban dari Tragedi Semanggi I bernama Bernardinus Realino Norma Irmawan. Wawan, begitu sapaan akrabnya, adalah mahasiswa Universitas Atma Jaya dan seorang Katolik. Ia adalah anak dari Maria Catarina Sumarsih (73), yang kini memperjuangkan kejelasan kasus kematian anaknya dan banyak kasus pelanggaran HAM di Indonesia.

Berdekatan dengan peringatan 27 tahun Tragedi Semanggi I, redaksi Berita Umat berkesempatan untuk terhubung dengan Ibu Sumarsih. Selain menjadi kesempatan mengetahui cerita Tragedi Semanggi I dari perspektif lain, redaksi merasa banyak belajar. Ketekunan dan resiliensi dari Bu Sumarsih, juga Aksi Kamisan yang digagasnya, amat menginspirasi.

Ibu Sumarsih berbagi cerita iman di Komsos Kreatif Hub pada program JoKi Bicara. Foto: Celine Anastasya

Meski telah melewati berbagai era kepemimpinan dan janji-janjinya, Bu Sumarsih dan keluarga korban lainnya tetap teguh mencari kebenaran. Ia bersaksi, walaupun perjalanan menemukan keadilan yang layak bagi para korban sungguhlah panjang, Roh Kudus menuntunnya pada banyak orang baik—orang-orang yang mendukung dengan tulus, orang-orang yang masih percaya akan adanya terang di ujung jalan. Dukungan itu pula yang amat meneguhkannya dalam perjalanan.

“Kebenaran akan selalu bersinar,” demikian istilah Bu Sumarsih. Rasanya pernyataan ini bisa menjadi refleksi pula bagi kita semua sebagai orang Katolik—sebuah panggilan dan pengingat untuk terus bergerak dalam iman, harapan, dan kemanusiaan.

Mari bersuara dan memperjuangkan kebenaran dengan cara kita masing-masing, Sobat BMV. Kiranya Tuhan beserta kita selalu.

Penulis: Celine Anastasya | Editor: Aloisius Johnsis

 

 

One thought on “Tragedi Semanggi I dan Kebenaran yang Bersinar

  1. Sdh urus ke HAM ? Coba skr diulang. Jika akhirnya nihil ya hrs punya hati mengampuni sesuai ajaran Tuhan Jesus dan doakan terus almarhum shg bisa masuk surga 🙏🙏

Leave a Reply

Top