Mendorong kepedulian terhadap nasib para pengungsi serta korban kekerasan bersenjata nampaknya tetap menjadi keprihatinan Paus Fransiskus. Dalam pesan paskahnya, yang diungkapkan di hadapan seribuan umat yang memadati lapangan Basilika Santo Petrus Vatikan, sekali lagi Paus berharap agar kekerasan maupun ketegangan bersenjata yang terjadi di sejumlah negara dunia mulai dari Timur Tengah hingga semenajung korea dapat mereda.
“Hari ini kami memohon buah perdamaian di seluruh dunia, dimulai dengan tanah Suriah yang tercinta dan lama menderita,” ungkap Paus dalam pidato “Urbi et Orbi”, dari balkon Basilika Santo Petrus, Minggu, 1 April lalu.
Bapa Suci mendesak agar hukum-hukum kemanusiaan dapat dihormati, dan perlunya memfasilitasi bantuan yang akan diberikan kepada pengungsi termasuk memastikan kondisi yang tepat bagi mereka untuk pulang.
Pesan Moral
Pesan Paus Fransiskus tersebut menjadi sebuah jalinan pesan dari pesan-pesan moral yang sudah ia utarakan sejak perayaan hari raya Kamis Putih. Dalam homili misa Kamis Putih, Paus mengajak agar para pemimpin dunia dapat mengendalikan ego pribadi mereka. Perang dapat dihindari jika setiap pemimpin mau bekerja hanya untuk mengabdi pada kepentingan masyarakat, bukannya hanya melayani segelintir kaum saja. Ia pun mengecam sejumlah umat Katolik yang tetap melakukan aniaya dan menyebar teror. Baginya, umat ini merupakan umat Katolik palsu karena hanya mengikuti hawa nafsu dibanding ajaran kasih.
Sebelum perayaan pekan suci dilaksanakan Paus sempat meminta agar umat Katolik berdoa bagi saudara lain yang menderita dan teraniaya. Bagi Paus, Triduum Paschale (Trihari suci) merupakan puncak iman dan panggilan dunia. Setiap umat dipanggil untuk menghayati sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. “Ini adalah pusat iman dan harapan kami,” ungkap Paus.
(Ari Sudana)