Anda di sini
Beranda > Mancanegara > Jurnalisme Bukan Pekerjaan, Melainkan Sebuah Misi

Jurnalisme Bukan Pekerjaan, Melainkan Sebuah Misi

Loading

Aksi Paus Melawan Hoax

Menyambut Hari Komunikasi Gereja Katolik Dunia, 13 Mei mendatang. Paus Fransiskus mengeluarkan sebuah dokumen berjudul “The Truth Will Set You Free -Fake News and Journalism for Peace”. Dalam dokumen tersebut, pemimpin umat Katolik sedunia itu menganalogikan keberadaan kabar palsu (fake news) atau lebih dikenal dengan istilah hoax, bagaikan godaan sang ular yang telah menjerumuskan Adam dan Hawa. Dikatakannya, apa yang telah disampaikan ular merupakan kabar palsu pertama yang telah membawa konsekuensi mengerikan terhadap manusia.

“Kita perlu membongkar taktik sang ular, yang juga digunakan oleh mereka yang menyamarkan diri untuk menyerang,” ungkap Paus di penghujung Januari lalu.

Jurnalisme adalah misi

Paus Fransiskus menengarai bahwa penyebaran kabar palsu merupakan tindakan sengaja yang dilakukan untuk membuat perpecahan, mengguncang perekonomian, mempengaruhi keputusan politik, dan mengambil keuntungan setelah kekacauan timbul.

Untuk menghadapinya, Paus mendorong para jurnalis agar mengedepankan prinsip jurnalisme yang mendidik masyarakat untuk mengerti, mengkaji, dan memahami informasi. Diungkapkan pula olehnya, jurnalis bukanlah sebuah pekerjaan belaka. Jurnalis adalah pelindung berita, misi untuk membawa kabar yang mendamaikan. Menurut Bapa Suci, kini saatnya jurnalis untuk lebih mengurangi penayangan breaking news dan lebih berfokus pada kabar yang mengupas akar-akar penyebab konflik.

Tak hanya kepada para jurnalis, Bapa Suci juga meminta agar masyarakat lebih kritis ketika menanggapi keberadaan berita. Untuk membedakan apakah sebuah berita mengandung kebohongan atau kebenaran, masyarakat harus jeli melihat apakah berita tersebut memprovokasi pertengkaran atau justru mendorong terciptanya upaya perdamaian.

Gereja Melawan Hoax

Dokumen “The Truth Will Set You Free-Fake News and Journalism for Peace”, merupakan dokumen pertama yang ditulis oleh Paus sebagai tindakan tegas Gereja menghadapi kian maraknya peredaran kabar palsu yang menimbulkan banyak kekacauan di seluruh dunia. Kisah klasik Adam dan Hawa diangkat untuk memberi penegasan bahwa tidak ada disinformasi yang tidak berbahaya.

Bahaya beredarnya kabar palsu bahkan tidak hanya dialami oleh surat kabar kecil saja, namun juga pernah dialami oleh beberapa media terkemuka Amerika Serikat seperti CNN, Newsweek, The New York Times, dan The Washington Post. Media-media tersebut bahkan dijuluki oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sebagai peraih penghargaan Fake News Award.

(Ari sudana)

Leave a Reply

Top