Anda di sini
Beranda > Seputar Paroki > Iman Diwujudkan dengan Menghargai Perbedaan

Iman Diwujudkan dengan Menghargai Perbedaan

Loading

[REGINA PACIS] Iman sejatinya tidak melulu diwujudkan dengan berdoa ke tempat ibadah, berziarah atau berwisata rohani, dan membaca kitab suci. Namun, selayaknya iman juga harus mewujudkan sikap kasih sayang pada sesama, membina kerukunan antarumat dan menghargai perbedaan yang ada. Iman dalam wujud menghargai perbedaan itu coba dipentaskan oleh komunitas teater SMP Regina Pacis Bogor yang mengusung cerita Perbedaan yang Menyatukan. 

Dalam film yang dimainkan seluruhnya oleh remaja belia usia 13-15 tahun itu diceritakan kisah pemuda Tiongkok bernama Ito Hong yang merantau ke tanah Jawa, Indonesia. Awalnya Hong merasa canggung dengan budaya setempat hingga dia akhirnya secara tak sengaja berkenalan dengan Saras, seorang perempuan Jawa.

Di sanalah kembali muncul komunikasi yang semula terhambat oleh adat istiadat dan agama yang mereka anut. Namun, seiring waktu, sang pemuda Tiongkok itu mulai mengagumi budaya Jawa. Demikian pula dengan Saras, perlahan mulai menghargai budaya teman barunya itu. Akhir kisah itu, yakni keduanya merasa tak semua perbedaan itu buruk, ada yang bisa disatukan membawa kedamaian dan keindahan. Ada hal yang tidak bisa disatukan tetapi tidak untuk dibesar-besarkan. Sebaliknya, hal yang bisa menyatukan, itulah yang menjadi modal membina hubungan yang selaras.

Kondisi Masyarakat

“Ide ini kami buat dan tampilkan karena merasa prihatin dengan kondisi dalam masyarakat akhir-akhir ini yang bisa terjebak oleh sikap radikal sekelompok orang, seperti membenci orang yang berbeda suku, agama, dan yang berbeda dengan paham yang dianut,” tutur Ketua Panitia Pentas Seni dan Budaya SMP Regina Pacis Bogor, Gracia Kilisya. Perbedaan yang dibesar-besarkan, lanjut Gracia, dikhawatirkan akan merusak hubungan antarsesama, dan menimbulkan konflikcdi masyarakat. “Padahal kami yakin semua orang pada dasarnya mendamba- kan hidup damai dan rukun,” ujarnya. Dia berharap acara yang digelar pada Selasa (16/2) yang disaksikan sekitar 800 rekan-rekan siswa, guru, serta karyawan sekolah itu tidak berhenti sampai disitu. “Ke depan kami ingin membuat acara serupa Intinya mengenai keberagaman, baik dari seni, budaya, dan sebagainya,” katanya. Dalam gelaran seni dan budaya ini, mereka juga menampilkan daerah seni, dan kuliner Nusantara, serta tari modern. “Dalam zaman teknologi saat ini tak bisa dicegah masuknya budaya asing. Yang baik dan bermanfaat bisa kita terima, tapi kita juga tetap mencintai budaya kita yang sangat kaya,” ucapnya.


Menghargai Perbedaan

Kepala SMP Regina Pacis Bogor, Agnes Atik Susilawati, mengatakan, seluruh acara ini murni datang dari para siswa. “Semua ide dan mata acara, lahir dari mereka. Kami hanya mengawal dan mendukung, termasuk kisah film perbedaan yang menyatukan itu lahir dari mereka,” ujarnya. Atik berharap, di kemudian hari ada kerja sama antarsekolah untuk mengadakan acara serupa. ”Kami harap ada kerja sama antarsekolah supaya pesan damai dan menghargai perbedaan ini bisa sampai ke banyak siswa,” tuturnya. Direktur Sekolah Regina Pacis Bogor, Suster Sylvi Kartawijaya, menam- bahkan, pihaknya berharap siswa-siswi dapat mengam- bil manfaat dalam acara ini. “Kami memberikan ruang bagi para siswa untuk mengasah bakat seninya. Ini juga pelajaran yang baik bagi mereka mengendalikan emosi,” karanya.

(Jam)

Leave a Reply

Top