Anda di sini
Beranda > Pastoral > Hari Ulang Tahun Perkawinan Sedunia: Pasangan Diminta Terus Memperbarui Janji Perkawinan

Hari Ulang Tahun Perkawinan Sedunia: Pasangan Diminta Terus Memperbarui Janji Perkawinan

Loading

[KATEDRAL] Pasangan suami dan istri tidak hanya harus belajar mengasihi namun juga belajar dikasihi. Demikian dikatakan Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM dalam Misa Konselebrasi Hari Ulang Tahun Perkawinan (HUP) Sedunia yang baru pertama kali diperingati di Keuskupan Bogor, Sabtu (21/2).

Perayaan Ekaristi ini diikuti puluhan pasang suami-istri dari segala usia mulai dari pasangan muda hingga lanjut usia. Perayaan  berlangsung di Gereja Katedral pukul 17.00 WIB. Mgr. Paskalis Bruno Syukur  OFM didampingi oleh 7 konselebran yakni RD. Dominikus Savio Tukiyo, RD. Mikael Endro Susanto, RD. Alfonsus Sutarno, RD. Ridwan Amo, RD. Paulus Haruna, RD. Monang Damanik, dan RD. Suradi memimpin Misa saat itu.

Liturgi pada perayaan ini juga sedikit berbeda, dimulai dengan perarakan petugas liturgi dan pasangan suami-istri dari Gedung Pastoran diiringi dengan nyanyian Litani Para Kudus. Saat pembukaan Romo Sutarno mengajak para pasangan merefleksikan kembali hidup perkawinan yang telah dijalani selama ini. Pasangan suami istri pun menyimak sambil berpegangan tangan. Romo Sutarno juga mengingatkan pentingnya relasi suami istri sebagai dasar dari sebuah keluarga dan gereja yang kemudian dilanjutkan dengan pernyataan tobat.

Di awal homilinya, Mgr. Paskalis menyapa pasangan yang hadir dan segenap umat dengan mengutip perikop dalam Markus 1:15 yang berisi, “Bertobatlah dan percayalah kepada injil”. Bapa Uskup menjelaskan bahwa bertobat adalah mengasihi Allah, memberikan hati kita untuk diisi oleh Allah, sedangkan percaya kepada injil berarti mengandalkan Sang Pembawa Sukacita yaitu Allah sendiri. Dalam konteks ini pasangan diajak untuk saling melakukan pertobatan yaitu saling memberikan hati kepada pasangannya seperti tema yang diangkat dalam perayaan kali ini, “Learning the Beauty to Love and to be Love”. Intinya, pasangan diajak untuk belajar keindahan mengasihi dan dikasihi.

Monsinyur menggambarkan hidup dalam perkawinan seperti mengurus bidang perekonomian yang membutuhkan investasi hidup, komitmen, hati, afeksi, dan sebagainya. “Investasi tersebut diharapkan dapat dikembangkan seperti orang melakukan investasi dalam bidang ekonomi. Suami istri perlu komitmen, hati, afeksi, dan perasaan yang terus terfokus untuk belajar keindahan mengasihi suami ataupun istri, serta belajar membiarkan diri dikasihi, dicintai oleh suami maupun istri. Karena seringkali kita belajar mencintai tetapi tidak untuk dicintai, dikasihi dengan cara yang khas dari seorang istri maupun suami,” papar Monsinyur.

Selanjutnya Monsinyur mengungkapkan, “Pasangan perlu membuka diri untuk mengasihi dan juga memberi kesempatan kepada yang lain untuk mengungkapkan bahwa orang lain itu sungguh mengasihinya”. Melalui bacaan pertama dari Kitab Kejadian, ia menyampaikan bahwa Allah adalah Allah yang membiarkan Diri untuk dikasihi oleh Nuh dan anak-anaknya, juga Allah yang mengasihi mereka. Sebagai tanda perjanjian kasih ini, Allah berjanji tidak akan membiarkan air bah menghancurkan karena Allah menyelamatkan dan melindungi Nuh beserta anak-anaknya. Dalam peristiwa ini ada relasi kasih timbal-balik antara Allah dan Nuh, sehingga dalam perkawinan pun harus ada bentuk relasi yang demikian.

Setelah homili, Monsinyur mengajak pasangan – pasangan yang hadir memperbarui janji perkawinan yang pernah diungkapkan pada pemberkatan pernikahan. Uskup mengajak orang muda sebagai anak – anak dari pasangan tersebut untuk berjanji menjadi anak yang baik, patuh, menghormati dan mencintai orang tuanya, juga bertumbuh menjadi orang Katolik yang dewasa dan mengembangkan diri sesuai dengan panggilan yang dipercayakan Tuhan.

(John)

Leave a Reply

Top